Senin, 06 Mei 2024

Bahan Khotbah : "BERSYUKUR"

Bahan Khotbah Tentang Bersyukur Dalam Segala Hal

Bersyukur adalah hal yang harus dilakukan oleh orang percaya. Karena bersyukur adalah bentuk iman dalam Tuhan yang memberi keyakinan bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup adalah bagian dari rencana Tuhan yang lebih besar dan bahwa Tuhan selalu bekerja untuk kebaikan orang percaya.

Tapi gak jarang bersyukur ini sulit dilakukan dan terkadang juga menantang. Faktornya pun beragam seperti kecewa, merasa cemas, merasa selalu kurang, dan masih banyak lagi.

Bersyukur sejatinya adalah pilihan. Seseorang dapat memilih untuk fokus pada hal-hal yang dia syukuri daripada pada hal-hal yang menyebabkan keluhan atau kekecewaan. Ini dapat membantu seseorang untuk merasa lebih positif dan optimis tentang hidup.

Namun, juga diperlukan untuk diingat bahwa bersyukur bukanlah sesuatu yang datang dengan mudah bagi semua orang dan dapat memerlukan usaha dan latihan untuk menjadi lebih baik dalam bersyukur.

Sebagai hamba Tuhan, para gembala pasti menginginkan jemaatnya untuk bersyukur dalam segala hal bukan? Berikut ini adalah 5 khotbah tentang bersyukur yang dapat disampaikan kepada jemaat dalam ibadah:

1. Judul: Mengucap Syukurlah Karena Anugerah Allah Sempurna

Masih ada orang Kristen yang beranggapan bahwa pencobaan yang dialaminya itu datang dari Tuhan. Akibatnya dia tidak bisa bersyukur dalam menghadapinya. Hal ini keliru karena Firman Tuhan dengan tegas mengatakan, Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun.

“Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya.” (Yakobus 1:13-14)

Jadi sebenarnya manusialah yang menyebabkan dirinya sendiri jatuh dalam pencobaan. Kata Yunani yang dipakai adalah peirasmos, bisa berarti pencobaan atau juga godaan. Jelas dari konteksnya bahwa pencobaan dimaksudkan berkaitan dengan ujian terhadap iman yang membawa orang kepada kesempurnaan.

Jadi apakah kita harus tetap bersyukur saat menghadapi ujian atau pencobaan?


2. Judul: Mengucapkan Syukur dalam Segala Kondisi

Nilai kehidupan orang percaya adalah selalu ada ucapan syukur yang keluar dari mulut kita, sebagai tanda penghormatan akan kasih setia Tuhan yang tidak terbatas dan perbuatan-Nya yang ajaib di tengah-tengah hidup kita.

Dalam 2 Tesalonika 1:3 mencatat, “Kami wajib selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu, saudara-saudara. Dan memang patutlah demikian, karena imanmu makin bertambah dan kasihmu seorang akan yang lain makin kuat di antara kamu.”

Dasar dari Paulus menulis surat ini sama seperti dalam 1 Tesalonika, yakni mengenai ucapan syukur. Mengapa harus bersyukur?

Khotbah ini dapat Anda baca selengkapnya dengan KLIK DI SINI

3. Judul: Buat Anda yang Sulit Bersyukur, Coba Lakukan 10 Tips Ini…

Selalu berpikiran negatif terhadap diri sendiri? Suka komplain dan gak terima sama keadaan yang terjadi? Jika ya, maka mungkin saja orang tersebut sedang mengalami masalah hati dimana pikiran negatif yang terus muncul membuatmu sulit untuk bersyukur.

Untuk mengatasinya menjadi hati yang bersyukur, ada 10 tips yang bisa dilakukan untuk mengusir pikiran negatif itu dan mengubahkan hatimu jadi lebih mudah bersyukur.

4. Judul: Tetap Bersukacita di Tengah Masalah

Saat kita sedang berada dalam kesulitan atau masalah yang biasanya mendatangkan duka, tetapi jika kita memilih untuk tetap bersyukur dan memuji Tuhan, itu adalah wujud dari salah satu buah Roh, yaitu sukacita. Sebagai pengikut Tuhan Yesus, kita harus membawa sukacita keselamatan kemanapun kita pergi. Saya percaya ini adalah kekuatan yang Tuhan berikan kepada orang percaya seperti yang tertulis dalam Galatia 5:22. Sukacita adalah salah satu Buah Roh yang diberikan Tuhan.

Khotbah ini dapat Anda baca selengkapnya dengan KLIK DI SINI

5. Judul: 7 Alasan Kenapa Makin Tua Kita Justru Makin Bersyukur

Apakah Anda sudah melewati usia 20-an yang penuh dengan energi dan kini memasuki usia 30-an yang rasanya berbeda? Atau Anda sudah memasuki usia 40-an dan menyadari begitu banyak perubahan yang terjadi atas hidup Anda. Bahkan lingkaran pertemanan semakin berkurang dan bahkan hidup mulai berjalan stagnan.

Tahukah Anda bahwa setiap orang yang diberikan umur panjang pasti akan melewati periode tersebut. Orang yang lebih muda juga akan melewati usia dimana Anda saat ini menyadari bahwa Anda sudah cukup tua. Karena firman Tuhan berkata bahwa, “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya. Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam…” (Pengkhotbah 3: 1-2).

Setiap orang punya musim dan perjalanannya. Di posisi apapun Anda saat ini, ketahuilah 7 alasan kenapa Anda perlu bersyukur.

referensi :

www.jawaban.com/read/article/id/2023/07/23/58/230114204858/5_bahan_khotbah_tentang_bersyukur_dalam_segala_hal


Selasa, 10 Maret 2020

Manfaat Formulir Google

Keuntungan menggunakan Formulir Google

Formulir Google adalah perangkat online gratis, yang memungkinkan kita untuk mengumpulkan informasi dengan mudah dan efisien. Dengan formulir Google, kita dapat membuat survei dalam beberapa menit untuk menanyakan informasi kepada klien atau kolaborator tentang produk atau layanan Anda.
Untuk mulai menggunakan perangkat ini, kita hanya perlu akun Google, sama halnya dengan ketika dibutuhkan untuk mengakses Gmail, YouTube atau Google Drive.
Antarmuka sangat mudah digunakan. Setiap pengguna dengan pengetahuan Internet rata-rata dapat membuat formulir menggunakan alat ini.
Asistensi mudah digunakan. Antarmuka yang berbentuk WYSIWYG (What-You-See-Is-What-You-Get) memudahkan untuk menyeret dan melepaskan elemen formulir dan mengaturnya berdasarkan tindakan atau peristiwa.
Pada tingkat desain dimungkinkan untuk memilih antara palet warna, serta gambar sendiri sebagai latar belakang.
Formulir Google menyimpan umpan balik yang diterima sehingga kita dapat menganalisisnya secara detail.
Formulir Google juga diintegrasikan dengan spreadsheet Google, sehingga kita dapat mengakses tampilan spreadsheet dari data yang dikumpulkan.
Konfigurasi umum formulir atau survei memungkinkan Anda mengumpulkan alamat email penerima dan membatasi jawabannya.
 Untuk pengguna tingkat lanjut, tipe data yang dapat dimasukkan ke dalam bidang dapat dikustomisasi menggunakan ekspresi reguler. Ini membantu menyesuaikan formulir lebih banyak lagi.
Formulir Google memungkinkan kita untuk melihat (preview) bagaimana survei akan terlihat sebelum mengirimkannya ke penerima.
Kita dapat mengirim formulir melalui email, mengintegrasikannya ke situs web kita atau mengirim tautan melalui jejaring sosial atau cara lain apa pun.
Dengan perangkat ini, kita bisa mendapatkan pertanyaan dan jawaban tanpa batas tanpa biaya, sementara alat survei lainnya memerlukan pembayaran tergantung pada jumlah pertanyaan dan penerima.


Kelemahan menggunakan formulir Google
Perlu memiliki internet untuk dapat menggunakan alat ini.
Kustomisasi desain sangat terbatas. Pengguna mahir dapat mengubah desain untuk menggunakan alat dengan jumlah tujuan yang lebih besar.
Ada beberapa masalah keamanan. Pengguna harus membuat kata sandi yang baik dan melindunginya untuk meningkatkan tingkat keamanan.
Ada batasan tertentu mengenai kemampuan alat ini. Ini menerima teks hingga 500 Kb; gambar hingga 2 Mb; dan untuk spreadsheet, batasnya adalah 256 sel atau 40 lembar.
Formulir Google dapat memfasilitasi kontak dengan pelanggan Anda atau dengan anggota organisasi Anda dan sangat membantu untuk mengumpulkan informasi yang memungkinkan Anda memiliki kontrol yang lebih besar terhadap proses produksi dan distribusi perusahaan Anda. Ini juga dapat membantu Anda melihat dan menganalisis kinerja pekerja Anda.

Referensi :
https://www.mydatascope.com/blog/en/2018/06/15/advantages-and-disadvantages-of-google-forms/

Kamis, 28 Juni 2012

SEJARAH KURIKULUM INDONESIA


Pengantar
Sejarah kurikulum pendidikan di Indonesia kerap berubah setiap ada pergantian Menteri Pendidikan, sehingga mutu pendidikan Indonesia hingga kini belum memenuhi standar mutu yang jelas dan mantap. Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, dan 2006. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya.



1. Rencana Pelajaran 1947
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah leer plan. Dalam bahasa Belanda, artinya rencana pelajaran, lebih popular ketimbang curriculum (bahasa Inggris). Perubahan kisi-kisi pendidikan lebih bersifat politis: dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Asas pendidikan ditetapkan Pancasila.
Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950. Sejumlah kalangan menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya memuat dua hal pokok: daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, plus garis-garis besar pengajaran. Rencana Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikiran. Yang diutamakan pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat, materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.

2. Rencana Pelajaran Terurai 1952
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran Terurai 1952. “Silabus mata pelajarannya jelas sekali. seorang guru mengajar satu mata pelajaran,” kata Djauzak Ahmad, Direktur Pendidikan Dasar Depdiknas periode 1991-1995. Ketika itu, di usia 16 tahun Djauzak adalah guru SD Tambelan dan Tanjung Pinang, Riau.

Di penghujung era Presiden Soekarno, muncul Rencana Pendidikan 1964 atau Kurikulum 1964. Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral (Pancawardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.

3. Kurikulum 1968
Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah: bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana (Hamalik, 2004), yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan, dan jasmani.

Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.

Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.

Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9.

Djauzak menyebut Kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat. “Hanya memuat mata pelajaran pokok-pokok saja,” katanya. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.

4. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. “Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu,” kata Drs. Mudjito, Ak, MSi, Direktur Pembinaan TK dan SD Depdiknas.

Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah “satuan pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru dibikin sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.

5. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).

Tokoh penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986 yang juga Rektor IKIP Jakarta — sekarang Universitas Negeri Jakarta — periode 1984-1992. Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajar model berceramah. Penolakan CBSA bermunculan.

6. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya. “Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan Kurikulum 1984, antara pendekatan proses,” kata Mudjito menjelaskan.

Sayang, perpaduan tujuan dan proses belum berhasil. Kritik bertebaran, lantaran beban belajar siswa dinilai terlalu berat. Dari muatan nasional hingga lokal. Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Walhasil, Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super padat. Kejatuhan rezim Soeharto pada 1998, diikuti kehadiran Suplemen Kurikulum 1999. Tapi perubahannya lebih pada menambal sejumlah materi.

7. Kurikulum 2004 (KBK)
Bahasa kerennya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Setiap pelajaran diurai berdasar kompetensi apakah yang mesti dicapai siswa. Sayangnya, kerancuan muncul bila dikaitkan dengan alat ukur kompetensi siswa, yakni ujian. Ujian akhir sekolah maupun nasional masih berupa soal pilihan ganda. Bila target kompetensi yang ingin dicapai, evaluasinya tentu lebih banyak pada praktik atau soal uraian yang mampu mengukur seberapa besar pemahaman dan kompetensi siswa.

Meski baru diujicobakan, toh di sejumlah sekolah kota-kota di Pulau Jawa, dan kota besar di luar Pulau Jawa telah menerapkan KBK. Hasilnya tak memuaskan. Guru-guru pun tak paham betul apa sebenarnya kompetensi yang diinginkan pembuat kurikulum.

8. KTSP 2006
Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan. Muncullah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Pelajaran KTSP masih tersendat. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini disebabkan karangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Jadi pengambangan perangkat pembelajaran, seperti silabus dan sistem penilaian merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi dan supervisi pemerintah Kabupaten/Kota.


REFERENSI:

Hamalik, Oemar. 2003. Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Nasution. 1999. Asas – asas kurikulum. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Jumari, kang. 2007. http:// kangjumari.blogspot.com/27/12/kurikulum-di-indoonesia-pembahuruan.html. rabu. 8 januari 2009.

Dwitagama, dedi. 2007. //kesadaransejarah.blogspot.com./2007/11/kurikulum-pendidikan-kita.html.

Bagus, andi. 2008. //andibagus.blogspot.com/2008/03/kurikulumm –pendidikan-di-indonesia.html.

Rosita Oktaviani, 2009, Sejarah Kurikulum Indonesia, www.blogdetik.com
 
http://alvyanto.blogspot.com/2010/04/perkembangan-kurikulum-indonesia-dari.html

Rabu, 29 September 2010

PERUMUSAN TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS (TPK)

Menurut Suparman (2004), merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) merupakan: (1) Dasar dan pedoman bagi seluruh proses pengembangan tujuan pembelajaran selanjutnya (perumusan TPK merupakan titik permulaan sesungguhnya dari proses pengembangan pembelajaran); (2) Alat untuk menguji validitas isi tes (isi pelajaran yang akan diajarkan disesuaikan dengan apa yang akan dicapai); (3) Arah proses pengembangan pembelajaran karena di dalamnya tercantum rumusan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang akan dicapai peserta didik pada akhir proses pembelajaran.

Kriteria dalam merumuskan TPK berdasarkan unsur-unsur dalam TPK menurut Harjanto (2008) adalah sebagai berikut:
(1) menggunakan kata kerja oprasional
(2) berorientasi kepada peserta didik
(3) berbentuk tingkah laku
(4) hanya memuat satu perubahan tingkah laku.


Menurut Knirk dan Gustafson dalam Hernawan (2005) dalam merumuskan tujuan pembelajaran khusus hendaknya harus mencakup unsur-unsur/komponen yang dikenal dengan singkatan ABCD (Audience, Behavior, Condition, Degree).

1. Audience = A

Yaitu siswa yang belajar untuk mencapai tujuan. Artinya tujuan yang dirancang untuk siswa bukan guru. Oleh sebab itu komponen siswa harus selalu ada pada setiap perumusan TPK. Contohnya: siswa kelas 1, siswa kelas 6 dan sebagainya.

2. Behavior = B

Yaitu kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa setelah mengikuti pembelajaran. Komponen ini terdiri atas kata kerja yang menunjukkan kemampuan yang harus ditampilkan siswa dan materi yang dipelajari siswa. Kemampuan tersebut dinyatakan dalam bentuk kata kerja operasional seperti menjelaskan, memberi, contoh, menyusun, membuat, merakit,menunjukkan, mengenal dan sebagainya. Contohnya: membuat larutan oralit, menunjukkan letak ibukota propinsi dan sebagainya.

3. Condition = C

Yaitu keadaan yang dipersyaratkan ketika siswa diminta menunjukkan atau mendemonstrasikan perilaku atau kemampuan yang diharapkan. Contohnya: “diberikan sejumlah data, siswa dapat….”(ini berarti bahwa pada saat kita meminta siswa menunjukkan kemampuan tersebut kita harus menyediakan data) atau “dengan menggunakan rumus ABC, siswa dapat….” (ini berarti siswa dianggap sudah menguasai kemampuan tersebut apabila siswa melakukannya dengan menggunakan rumus ABC. Apabila tidak menggunakan rumus ABC berarti siswa belum menguasai tujuan tersebut).

4. Degree = D

Yaitu tingkat ukuran yag dicapai untuk menentukan keberhasilan atau penguasaan siswa terhadap tingkah laku khusus yang ditetapkan. Tingkat keberhasilan ditunjukkan dengan batas minimal dari penampilan suatu perilaku yang dapat dianggap diterima. Contohnya: “siswa dapat menjelaskan lima karakteristik pemimpin yang demokratis” (siswa dianggap belum menguasai tujuan tersebut jika hanya mampu menjelaskan dua atau tiga karakteristik ersebut) atau “siswa dapat menjelaskan dua alas an penting transmigrasi” (siswa dianggap belum menguasai tujuan tersebut bila siswa hanya mampu menjelaskan satu alasan saja).

Menurut Suparman (2004) komponen dalam TPK yaitu ABCD tidak selalu tersusun sebagai ABCD tetapi sering kali CABD dan biasanya dalam praktek sehari-hari TPK hanya mengandung dua komponen yaitu A dan B kadang-kadang tiga komponen yaitu A,B, dan D. Berikut diberikan contoh TPK dengan rumusan komponen selengkapnya, yaitu: “Jika diberi kalimat aktif dalam bahasa Indonesia, mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris semester III akan dapat menterjemahkannya dalam kalimat fasif bahasa Inggris paling sedikit 80% benar”. Dari contoh TPK ini komponen tersusun sebagai CABD dimana diberikan kalimat aktif merupakan komponen Condition, mahasiswa merupakan komponen Audience, dapat menterjemahkannya merupakan komponen Behavior dan 80% benar merupakan komponen degree.


Contoh Perumusan TPK :
Siswa kelas XI IPA akan dapat menjelaskan minimal dua aplikasi azas Bernoulli dalam kehidupan sehari-hari jika diberikan azas Bernoulli,”.

Dari TPK ini komponen tersusun sebagai ABDC dimana sisiwa merupakan komponen Audience, dapat menjelaskan merupakan komponen Behavior dan minimal dua merupakan komponen degree dan diberikan merupakan komponen Condition,

Berikut diberikan contoh merumuskan suatu tujuan pembelajaran berdasarkan indikator pencapaian hasil belajar

Mata Pelajaran : Fisika

Kelas/semester : XI/2

Kompetensi dasar : Menganalisa hukum-hukum yang berhubungan dengan fluida statik dan dinamik serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

Materi Pokok : Fluida

Indikator pencapaian hasil belajar :
1. Memformulasikan hukum dasar fluida statik
2. Menerapkan hukum dasar fluida statik pada masalah fisika sehari-hari
3. Memformulasikan hukum dasar fluida dinamik
4. Menerapkan hukum dasar fluida dinamik pada masalah fisika sehari-hari

Kemudian indikator-indikator dirinci kembali menjadi TPK-TPK yang dapat dijadikan patokan untuk melaksanakan program pembelajaran.

Contoh TPK yang dapat dibuat berdasarkan empat indikator di atas, yaitu:
Jika diberikan hukum-hukum yang berhubungan dengan fluida statik dan dinamik serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, maka siswa kelas XI SMA akan dapat :
1. Menyebutkan minimal 2 hukum dasar Fluida statik
2. Menjelaskan hukum utama hidrostatika dengan benar.
3. Menjelaskan tekanan hidrostatika dengan benar
4. Menjelaskan hukum Pascal dengan benar
5. Memberikan minimal 2 contoh hukum Pascal dalam kehidupan sehari-hari
6. Menjelaskan hokum Archemedes dengan benar
7. Memberikan minimal 2 contoh hukum Archemedes dalam kehidupan sehari-hari
8. Menjelaskan masalah benda mengapung, melayang dan tenggelam


Referensi :
Agung, Anerlie Putri, 2010, Perumusan Tujuan Pembelajaran, www.blog.unsri.ac.id
Suparman, M. Atwi, 2004, Desain Instruksional, Universitas Terbuka, Jakarta.
Hernawan, Asep Herrry, 2005, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran,
Universitas Terbuka, Jakarta.